I. Pendahuluan
Okultisme berarti keterlibatan atau keterkaitan dengan kuasa iblis, melalui praktek-praktek perdukunan, pertapaan, sihir, santet, mantra, dan sebagainya, yang bertujuan memohon, atau mengandalkan pertolongan dari kekuatan gaib, kekuatan alam yang berasal dari iblis. Ada tiga langkah, roh jahat atau okultisme memasuki kehidupan seseorang yakni mencobai / mempengaruhi (Kej 3; Mat. 4; 1Kor. 10:13), menjajah / menekan (Im. 19:31; 1Sam. 28:7-8, 2Tim 1:7).
Atas latar belakang masalah inilah, bangsa maupun warga gereja membutuhkan terang untuk mengusir kegelapan. Sebab kelepasan dari okultisme mutlak perlu bagi setiap orang. Maka salah satu langkah memberikan kelepasan ialah melalui konseling pastoral. Oleh sebab itu penyaji akan memaparkan bagaimana seorang gembala melakukan konseling terhadap okultisme, berikut uraiannya.
II. Pandangan Alkitab tentang Okultisme
Di dalam Alkitab banyak ayat yang menjelaskan mengenai okultisme. Dengan demikian orang percaya dapat mengerti strategi atau hal-hal yang berhubungan dengan kuasa gelap. Okultisme berasal dari kata latin occultus, yang berarti tersembunyi, rahasia, sial, celaka, gaib, gelap, misterius. Dengan demikian okultisme berarti penglibatan diri dengan kuasa kegelapan dan gaib agar mengalami hal-hal yang rahasia, aneh dan misterius. Istilah okultisme dipakai untuk menyebut kepercayaan atau praktek-praktek yang menyangkut tentang hal-hal yang gelap, rahasia, tersembunyi dan khususnya tentang iblis dan setan-setan[1]. Ada pula yang mengatakan bahwa okultisme adalah suatu yang berhubungan dengan kekuatan supranatural, misterius dan magis.[2]
Dalam Alkitab, untuk menyebut roh jahat itu sering dipakai kata setan dan iblis. Istilah setan dan iblis yang dipakai dalam Alkitab suatu hal yang berbeda namun sifat dan karakternya sama yaitu menentang Allah. Setan (dipergunakan kurang lebih sebanyak lima puluh dua kali) berasal dari kata Ibrani “satan” berarti musuh atau lawan (Za. 3:1; Mat. 4:10; Why 12:9; 20:2). Iblis (dipergunakan sekitar tiga puluh lima kali) berasal dari kata Yunani “diabolos” yang mengandung arti pemfitnah (Mat. 4:1; Ef. 4:27; Why 12:9; 20:2)[3]. Iblis sering memakai beberapa tipu muslihat atau strategi untuk menghalangi karya Allah dalam kehidupan orang percaya. Banyak hal yang ditawarkan iblis kepada manusia, hal inilah yang perlu diwaspadai setiap orang percaya. Wesley J. Brill menjelaskan:
Pada mulanya iblis adalah seorang malaikat terang yang agung dan suci. Iblis telah memberontak dan mendurhaka kepada Allah, tetapi sebabnya kita tidak tahu. Hanya ada sedikit keterangan dalam Alkitab mengenai sebabnya dosa dalam diri iblis, yaitu kesombongan. Dosa berasal dari kehendak iblis. Tuhan Allah telah
menjadikan malaikat-malaikat dengan kehendak yang bebas, dan hal itu akan menjadi baik asal dipimpin dengan baik. Jadi rupanya dosa mulai ada ketika iblis mendurhaka kepada Allah[4].
Atas dasar inilah konseling pastoral merupakan sebagai bentuk pelayanan yang sifatnya membantu menolong, menguatkan orang lain berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Maka konseling yang efektif harus dilakukan oleh kaum awam, orang-orang yang takut akan Tuhan, jujur, sensitif, bertangung jawab, dan mau membagikan kasus-kasus yang sulit kepada konselor yang lebih berpengalaman. Dasar pelayanan konseling Kristen yaitu Firman Allah yang tertulis, yaitu standar kebenaran untuk menilai dan mengubah setiap sikap tingkah laku manusia. Setiap konsep bimbingan Alkitabiah harus dibangun atas dasar pemikiran bahwa sungguh ada pribadi Allah yang tidak terbatas yang telah menyatakan diriNya melalui Yesus Kristus. Firman yang hidup. Firman Allah dinyatakan melalui Alkitab harus menjadi standar kebenaran yang mutlak[5].
Tujuan konseling ini secara spesifik harus memiliki sasaran yang paling utama dan yang terutama dalam pembimbingan yaitu memperkenalkan konseli kepada Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Allah dan membantu konseli agar berubah menjadi seperti Kristus. Konseling Kristen sebagai proses pelayanan supaya konseli memiliki perubahan hidup dan mengalami pemulihan atas campur tangan Roh Kudus serta menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi sehingga konseli hidup dan bertumbuh di dalam kerohanian yang lebih baik[6].
III. Bentuk-Bentuk Okultisme
Bentuk-bentuk okultisme atau ilmu gaib lainnya yang biasa dipakai untuk meramalkan nasib seseorang misalnya: astrologi, horoskop, chronomancy, geomancy, penyembahan berhala. Penyembahan kepada arwah leluhur dengan jimat[7]. Astrologi ialah penafsiran nasib manusia beradsarkan petunjuk bintang-bintang di langit saat orang itu dilahirkan. Astrologi adalah takhayul yang menganggap bahwa nasib hidup manusia, bakat dan watak manusia terpengaruh atau ditentukan dan dikuasai oleh bintang-bintang.
Astrologi merupakan bentuk ramalan kuno yang masih dipraktekkan oleh banyak penyihir. Astrologi berdasarkan keyakinan bahwa bintang, planet, perbintangan, dan benda-benda langit lainnya mempengaruhi atau sesungguhnya menentukan kepribadian, tingkah laku, urusan manusia, peristiwa-peristiwa di bumi, dan sebagainya[8]. Horoskop berhubungan dengan matahari, bulan, bintang, hari kelahiran manusia. Dalam penggunaan horoskop yang dilakukan oleh banyak orang dan sangat berpengaruh sampai saat ini adalah meramal nasib.
Melalui hal ini maka kita melihat, pasti akan ada dampak/akibatnya bagi anggota gereja. Apakah itu? Yakni akibat-akibat keterlibatan okultisme bagi anggota gereja baik bagi orang yang belum percaya Yesus dengan “orang yang sudah percaya” pada dasarnya sama. Akibat yang ditimbulkan dari keterlibatan dengan okultisme sangat mengganggu dalam kehidupan anggota gereja.
Karena Iblis berusaha mempengaruhi kehidupan anggota gereja dengan menggoda orang percaya dalam dosa, menuduh orang percaya dan membuat orang percaya kecil hati. Kadang-kadang ia juga menyebabkan berbagai macam penyakit, baik itu sakit secara fisik, psikis dan rohani kita[9].
Akibat bagi rohani: Roh orang percaya berada dalam kesatuan dengan Allah. Anggota gereja yang terlibat praktek okultisme bisa berkemungkinan kehidupan rohaninya masih terpisah dari Allah (Ef. 2:21), tetapi bisa juga orang tersebut sudah percaya Yesus tetapi rohaninya tidak bertumbuh. Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej. 3:8-4:9), maka hubungan antara Allah dengan manusia terpisah. Orang percaya yang masih terlibat dengan praktek okultisme kerohaniannya mandul[10]. Orang yang semacam ini adalah orang yang sering hidup dalam dosa, sebab ia tidak mempercayakan hidupnya kepada Kristus dan Roh Kudus untuk memimpin dan menguasainya
Akibat yang dapat ditimbulkan kare na keterlibatan dengan praktek okultisme pertama, kehidupan persekutuan anggota gereja dengan Tuhan menjadi rusak, sebab terlibat dengan okultisme merupakan kekejian bagi Tuhan. Kedua, pandangan rohaninya terhadap kebenaran Allah dan anugerahnya kurang jelas karena cengkeraman dan kekuasaan iblis atas manusia yang telah terlibat dalam praktek okultisme itu. Ketiga, secara praktis orang-orang semacam ini tidak tertarik terhadap hal-hal rohani atau hal-hal yang menjadikan rohaninya bertumbuh seperti membaca Firman Tuhan, berdoa dan beriadah dengan sungguh-sungguh[11].
Akibat bagi fisik, orang yang ingin berhasil tanpa harus bekerja keras melibatkan diri dengan praktek okultisme kemudian menjadi mangsa dan korban harus menderita sakit karena tidak bisa memenuhi syarat-syarat yang diinginkan iblis. Dalam hal ini, iblis berkarya secara halus dan rapi sehingga bisa saja seseorang yang mengalaminya tidak menyadari atau bahkan tidak mengetahui bahwa iblis telah mempergunakan celah tersebut[12].
Akibat secara psikologis dapat dilihat dari akibat bagi pikiran yaitu usaha iblis yang terutama untuk menyerang anggota gereja adalah menawan pikiran orang percaya (Rm. 7:23; 8:5-7)[13]. Keterlibatan dengan praktek okultisme menyebabkan seseorang memiliki pikiran negatif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Akibat bagi perasaan jika terlibat dengan praktek okultisme ialah perasaan malu dan bersalah, marah, perasaan rendah diri, kekuatiran dan depresi. Akibat bagi kehendak jika terlibat dengan praktek okultisme yaitu penuh keangkuhan dan menentang pengenalan akan Allah, suka menipu seperti iblis dan penuh kebohongan[14].
IV. Sikap Allah terhadap Okultisme
Alkitab menyebutkan bahwa tindakan atau kepercayaan kepada ilah palsu itu sebagai “perzinahan rohani,” yang dianggap dosa yang lebih keji daripada perzinahan jasmani. Berdasarkan pengertian tersebut, maka peringatan yang diberikan dalam kitab Amsal 5:3-6 untuk tidak sekali-kali berhubungan dengan “perempuan jalang” atau perempuan yang berzinah seharusnya juga diperhatikan dalam kaitannya dengan dunia mistik ini. Alkitab menjelaskan bahwa roh-roh jahat dapat memperoleh tempat berpijak (Ef. 4:27). Keterlibatan dengan praktek okultisme adalah suatu tempat yang sudah diambil oleh iblis, suatu tempat semi permanen di suatu sudut peta dalam kehidupan seorang Kristen[15]. Pandangan Tuhan terhadap orang-orang yang melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kuasa gelap dinyatakan dengan jelas dalam Ulangan 18:10-13 seperti yang dikutip oleh Prince yaitu:
Diantaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantra, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah, atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal itu adalah kekejian bagi Tuhan, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah Tuhan Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan Tuhan Allahmu[16].
Dari bukti Alkitab ini, dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang membuat anggota gereja yang menyimpang atau berpaling dari Allah harus ditolak, agar hidup di hadapan Allah memperoleh suatu kemenangan. Allah jelas mengutuk dan memperingatkan anggota gereja terhadap berbagai pandangan dan praktek okultisme[17]. Oleh karena itu, sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus harus mempertahankan iman dan tidak tergoda dengan tawaran okultisme, berani menolak dengan resiko apapun. Maka peranan konseling sangat dibutuhkan dalam membimbing masalah okultisme. Konseling kristen harus memiliki peranan positif untuk menolong anggota gereja yang terikat dengan kuasa gelap atau okultisme. Adapun peranan konseling tersebut adalah sebagai berikut:
Pelayanan pengajaran. Pengajaran merpakan pokok penting dalam gereja. Oleh sebab itu pengajaran harus sesuai dengan Firman Tuhan, bukan dengan logika manusia. Peranan Alkitab sangat penting dalam membentuk kehidupan orang percaya. Terhadap okultisme, Alkitab dengan tegas mengajarkan akan bahayanya orang yang menyembah kepada kuasa-kuasa okultisme, yang menyangkut tentang kuasa kegelapan yang disebarkan oleh iblis. Peranan Roh Kudus yaitu memberikan kekuatan dan kesanggupan dalam menghadapi kesusahan, dukacita, ketakutan atau dalam keadaan apa saja[18].
Pelayanan konseling pribadi. Pelayanan ini dapat dilakukan oleh seorang konselor atau hamba Tuhan untuk menolong anggota gereja bebas dari kuasa gelap. Melalui pelayanan konseling ini, konselor akan melakukan pengecekan terhadap penerimaan Yesus secara pribadi; pengakuan kepada Tuhan; memohon pengampunan dari Tuhan; pelayanan doa pelepasan; meyakinkan tentang identitas baru di dalam Kristus. Pelayanan pemuridan (follow up) sangat penting kepada orang yang baru dilepaskan dari ikatan kuasa gelap. Strategi yang harus dilakukan gereja adalah memuridkan atau membimbing secara pribadi agar konseli semakin mengenal Yesus dan semakin bertumbuh di dalam Yesus Kristus. Pelayanan pemuridan itu sebagai berikut:
Pertama, hadir aktif dalam ibadah persekutuan gereja. Maksudnya hadir aktif dalam pertemuan-pertemuan ibadah dapat menguatkan iman orang percaya untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah[19]. Sehingga dalam sebuah persekutuan akan muncul sikap saling menolong, mendoakan dan mendukung satu sama lain. Persekutuan dan persatuan ynag kuat inilah yang Tuhan mau terjadi di antara orang percaya untuk saling menolong, saling mendukung dan saling mendoakan sehingga anggota gereja tidak mudah jatuh dalam perangkap iblis.
Kedua, bertekun dalam doa setiap hari. Doa harian sangat penting untuk keberhasilan setiap orang Kristen. Doa bukan hanya saja suatu hubungan komunikasi langsung dengan Bapa surgawi, melainkan juga bantuan bagi orang percaya untuk tinggal di dalam Yesus Kristus (Yoh. 15). Paulus memperingatkan orang percaya untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu (ITes. 5:17)[20]. Hal yang menarik menurut saya, sehingg suatu kehidupan doa harian dapat memberikan kepada orang percaya kekuatan untuk mengatasi tawaran-tawaran Iblis dan merupakan keharusan bagi proses pendewasaan.
Ketiga, pembacaan Alkitab harian. Membaca Alkitab setiap hari sama dengan memberi makan rohani orang percaya setiap hari dengan Firman Allah. Orang percaya tidak cukup hanya bergantung pada gereja untuk memberikan makanan rohani. Orang percaya harus menyantap Firman setiap hari untuk dapat bertumbuh di dalam Kristus[21]. Maka dengan membaca Alkitab setiap hari akan menjaga orang percaya tetap bersih dari kejahatan-kejahatan Iblis, mendorong orang percaya melakukan hal-hal yang berasal dari Allah, dan hidup dalam janji-janjiNya.
Keempat, berusaha menolak ajakan untuk kembali terlibat dengan okultisme. Orang percaya harus dengan penuh kerendahan hati menolak segala tawaran praktek okultisme. Pelayanan bimbingan lanjutan atau pemuridan itu sangat penting karena orang-orang yang dalam proses pemulihan perlu bertumbuh secara rohani.
V. Hasil Penelitian
Pdt. M. Padang, S. Th mengatakan bahwa, peranan gembala sangat penting terhadap okultisme. Oleh karena itu seorang gembala harus mampu memperkenalkan konseli kepada Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Allah, memulihkan spritual, dan membantu konseli agar berubah menjadi seperti Kristus. Bagaimana caranya? Pendeta tersebut menjelaskan langkah-langkah untuk mengkonselingi okultisme yakni pertama kita harus mencari tahu siapa dan bagaimana sifat, tingkah laku, kehidupan sehari-hari si konseli yang punya hubungan dengan okultisme. Bagaimana caranya? Pertama setiap manusia itu sudah punya pemahaman psikologis tertentu meskipun tidak maksimal, apalagi seorang hamba Tuhan pastinya pengetahuan psikologinya bisa dikatakan cukup bahkan ada yang sudah maksimal, sehingga bisa mempermudah untuk memahami seseorang. Setelah itu kita harus datang kerumahnya dahulu, kemudian kita ajak bicara.
Dalam dialog yang terjadi biasakanlah berbicara dengan berusaha untuk mencari kesempatan si konseli menuangkan kepribadian ataupun tentang kehidupannya. Kemudian berusahalah menjadi pendengar yang setia, agar si konseli merasa lebih dekat/ akrab dengan kita. Maka selanjutnya janganlah terlalu cepat untuk mengkhotbahi si konseli tetapi carilah celah-celah untuk memasukkan kebenaran Firman Tuhan. Karena dalam pengalaman beliau mengatakan bahwa terkadang ada juga si konseli ingin melepaskan okultismenya, dan itu pasti akan dialami semua orang ketika sudah hidup lama dalam okultisme karena katanya dia tidak menemukan arti hidup yang sesungguhnya dan hal itu hanya membuat kerugian dan melelahkan saja bahkan sampai-sampai dibenci dan dijauhi banyak orang.
Maka dalam pelayanan pelepasan ini, konselor tidak hanya melakukan pengusiran setan-setan, melainkan juga membuat analisis kehidupan konseli (riwayat hidupnya). Misalnya diselidiki apakah ia atau keluarganya terdekat terlibat dalam okultisme atau tidak. Jika ada, harus diadakan doa pemutusann atau penyangkalan, dan kadangkala disertai pembakaran jimat-jimat. Konseli kemudian dibimbing agar menyatakan secara pribadi iman kepada Kristus, merendahkan diri kepada Kristus, mengakui dosa yang pernah diperbuat di hadapan Tuhan, bertobat dari semua dosa, mengampuni orang bersalah kepada kita, memutuskan hubungan dengan semua bentuk okultisme dan agama palsu, mempersiapkan diri untuk dilepaskan dari semua kutuk dalam kehidupan, berpihak kepada Tuhan, melakukan pengusiran serta menyuruh untuk memiliki hubungan secara pribadi dengan Tuhan Yesus. Konseli ditolong memiliki satu kelompok persekutuan yang diharapkan dapat mempercepat proses kesembuhannya, misalnya di gereja atau mengikuti konseling kelompok.[22]
Dari hasil penelitian yang saya lakukan membuktikan bahwa konseling kristen/ pastoral berperanan positif dalam pembimbingan problema okultisme anggota gereja.
VI. Kesimpulan
Konseling pastoral adalah pelayanan konseling yang unik, yang inti dan hakekatnya berbeda dari pelayanan konseling lain. Konseling Kristen didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Konseling Kristen juga memiliki tujuan yang baik untuk membawa orang-orang atau menjadikan manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam Kristus Yesus. Jadi konseling Kristen merupakan pelayanan yang berbeda dengan lainnya karena menjadikan orang-orang sebagaimana yang dikehendak Kristus.
Konseling Kristen merupakan satu bentuk pelayanan yang sifatnya membantu. Konseling Kristen dilakukan oleh para hamba Tuhan ataupun orang-orang Kristen sendiri yang dididik dan latihan dari konselor Kristen untuk menolong, menguatkan orang lain berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Konseling Kristen yang efektif juga dapat dilakukan oleh kaum awam, orang-orang yang takut akan Tuhan, jujur, sensitif, bertangung jawab, dan mau membagikan kasus-kasus yang sulit kepada konselor yang lebih berpengalaman.
Dasar pelayanan konseling Kristen yaitu Firman Allah yang tertulis, yaitu standar kebenaran untuk menilai dan mengubah setiap sikap tingkah laku manusia. Setiap konsep bimbingan Alkitabiah harus dibangun atas dasar pemikiran bahwa sungguh ada pribadi Allah yang tidak terbatas yang telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus. Firman yang hidup. Firman Allah dinyatakan melalui Alkitab harus menjadi standar kebenaran yang mutlak. Tujuan konseling Kristen secara spesifik memiliki sasaran yang paling utama dan yang terutama dalam pembimbingan yaitu memperkenalkan konseli kepada Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Allah dan membantu konseli agar berubah menjadi seperti Kristus.
VII. Daftar Pustaka
Sumber Buku:
Anderson, Neil T.
1990, Bebas dari Kuasa Gelap. Yogyakarta: Yayasan Andi.
Anderson.
1999, Siapakah Anda Sesungguhnya. Bandung: Yayasan Baptis Indonesia.
Brill, Wesley J.
1999, Dasar yang Teguh. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Cipto, Lin Wenas.
2002, Memenuhi Kerinduan Allah. Jakarta: Betlehem Publisher.
Collins, Gary R.
2001, Konseling Kristen yang Efektif. Malang: SAAT.
Crabb, Larry.
1999, Prinsip Dasar Konseling. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel.
Hawkins, Craig S.
2004, Seluk-Beluk Sihir. Diterjemahkan oleh Johny The. Yogyakarta: Yayasan Andi
Hickey, Marilyn.
2004, Mematahkan Belenggu Kutuk. . Jakarta: Immanuel Publishing House.
John dan Mark Sandford.
1999, Pelepasan dan Penyembuhan Batiniah. Jakarta: Nafiri Gabriel, Mujono, Epafras.
L.Tobing, M. Victor.
2006, Menyingkap Strategi Musuh. Medan: Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab.
2005, Diktat Kuliah: Introduksi Konseling Kristen. Sem. III.
William W.
1999, Setan Ada atau Tidak?. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Prince, Derek.
1993, Peperangan Rohani. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil.
___________,
1994, Tinggalkan Kutuk dan Terimalah Berkat. Jakarta: Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia.
Ryrie, Charles C.
1991, Teologi Dasar, Yogyakarta: Yayasan Andi.
Soekahar.
2002, Satanisme dalam Pelayanan Pastoral. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas.
Pdt. Minarni br Padang, S.Th.
2014, Wawancara dengan Penulis. Via Telepon, 20 April 2014.
Pdt. Tani Sembiring, S. Th.
2014, Wawancara dengan Penulis. Via Telepon, 20 April 2014
[1]Soekahar, Satanisme dalam Pelayanan Pastoral (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002), 6.
[2]M. Victor L.Tobing, Menyingkap Strategi Musuh (Medan: Yayasan Persekutuan Doa dan Penelaahan Alkitab, 2006), 34.
[3]Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Antoni Stevens, Haryono dan Xavier Quentin Pranata (Peny)
Bab I (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1991), 183.
[4]Wesley J. Brill, Dasar yang Teguh (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), 193.
[5]Larry Crabb, Prinsip Dasar Konseling, Yefta Bastian, pen., Andreas A. P. Sitanggang (Peny)
(Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1999), 15.
[6]Ibid..., 135.
[7]Craig S. Hawkins, Seluk-Beluk Sihir (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2004), 92.
[8]Ibid..., 110
[9]Epafras Mujono, Diktat Kuliah: Introduksi Konseling Kristen (sem. III, 2005), 8.
[10]Ibid..., 19.
[11]Neil T. Anderson, Bebas dari Kuasa Gelap (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1990), 46.
[12]Ibid..., 46
[13]Anderson, Siapakah Anda Sesungguhnya (Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 1999), 205.
[14]Ibid..., 230.
[15]John dan Mark Sandford, Pelepasan dan Penyembuhan Batiniah (Jakarta: Nafiri Gabriel, 1999), 96.
[16]Derek Prince, Tinggalkan Kutuk dan Terimalah Berkat (Jakarta: Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia, 1994), 73.
[17]Craig S. Hawkins, Seluk Beluk Sihir (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2004), 109.
[18]Anderson, Siapakah Anda Sesungguhnya (Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 1999), 233.
[19]Lin Wenas Cipto, Memenuhi Kerinduan Allah (Jakarta: Betlehem Publisher, 2002), 75.
[20]Marilyn Hickey, Mematahkan Belenggu Kutuk (Jakarta: Immanuel Publishing House, 2004), 209.
[21]Ibid..., 210.
[22]Wawancara dengan Pdt. Minarni br Padang, S. Th. Melalui via telepon pada tanggal 20 April 2014, pukul 08.30 WIB, dan kepada Pdt. Tani Sembiring, S. Th waktu hari senin 21 April 2014, pukul 12.30 WIB, yang mengatakan bahwa dalam konseling terhadap okultisme tujuan utama kita ialah memperkenalkan konseli kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara apapun yang sesuai dengan Firman-Nya, maka seorang pendeta harus bijak dan takuakan Tuhan serta mengandalakan Tuhan dalam konseling tersebut, bila perlu berdoa dan berpuasalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar