I.
Pendahuluan
Baptisan adalah merupakan salah
satu ajaran gereja yang paling prinsipil. Dalam konfesi Gereja-gereja
ditegaskan adanya tiga ciri khas Gereja yang benar antara lain: (1) apabila
dilaksanakan pemberitaan Firman Tuhan yang murni dan benar; (2) apbila
berlangsung pelayanan sakramen, yakni baptisan dan Perjamuan Kudus; (3) apabila
masih dijalankan hukum siasat Gereja yang didasarkan atas Kasih Kristus untuk
melindungi kemurnian kehidupan warga Gereja serta menjaga pemberitaan Firman
yang benar.
Karena baptisan merupakan ajaran dan dogma
Gereja yang sangat prinsipil, maka wajib diketahui, dipahami, dimengerti, dan
dihormati oleh setiap orang percaya. Bahwa baptisan adalah ajaran dan
dogma atau ketentuan masing-masing
denominasi gereja yang dirumuskan berdasarkan kepercayaan, keyakinan dan
imannya terhadap pernyataan Allah sebagaiman tertulis dalam Alkitab. Oleh
karena itu, setiap warga Gereja yang percaya harus memegang teguh ajaran itu
dengan sungguh-sungguh. Dibawah ini penyaji akan menguraikan yang apa itu
baptisan serta hal yang menyangkut didalamnya, sebab banyak orang yang
beranggapan bahwa masalah baptisan merupakan soal biasa bagi warga jemaat. Ada
yang mengatakan baptisan Protestan itu tidak sah, tidak benar, tidak sempurna
dan tidak Alkitabiah.
II.
Pengertian Baptisan
Istilah baptisan berasal dari
bahasa Yunani yaitu baptisma
merupakan
kata benda yang bebentuk nominative tunggal neuter yand diartikan dengan kata
baptisan. Secara etimologi kata ini berasal dari kata baptw yang berarti mandi atau masuk ke dalam air.[1]
Menurut KBBI baptisan adalah penggunaan air untuk penyucian keagamaan khususnya
sebagai penerimaan seseorang ke dalam agama Kristen.[2]
Baptisan Ini adalah sakramen inisiasi, yang masuk kita ke
dalam perjanjian dengan Allah. Hal ini ditetapkan oleh Kristus, yang sendiri
memiliki, kekuatan untuk melembagakan sakramen yang tepat, tanda, segel, janji,
dan sarana kasih karunia, terus-menerus wajib pada semua orang Kristen. Kita tidak tahu, memang, waktu yang
tepat institusinya, tetapi kita tahu itu jauh sebelum kenaikan Tuhan kita. Dan
itu dilambagakan di ruang sunat, Karena, seperti itu pertanda dan meterai
Perjanjian Allah.[3] Teologi Wesley mengatakan baptisan dibentuk oleh pemahaman
dasar tentang keselamatan sebagai pembaharuan dari gambar Allah dalam manusia.[4]
III.
Baptisan Menurut
Pemberitaan Alkitab[5]
1.1
Baptisan Yohanes
Pembaptis
Adapun ciri khas dari
baptisan Yohanes adalah: pertama berpusat di sungai Yordan. Karena
pelaksanaannya di sungai Yordan maka ada kemungkina besar baptisan ini
dilakukan dengan cara menyelamkan. Kedua dilakukan kepada orang-orang dewasa.
Hal ini jelas dari pemberitaan injil-injil sinoptis khususnya Lukas yang
mengabarkan bahwa banyak orang dari kota pergi kesungai Yordan untuk melihat
Yohanes Pembaptis. Ketiga maksud dan tujuan pelaksanaan baptisan Yohanes
Pembaptis adalah untuk pertobatan
1.2
Menurut Markus 16:6
Yesus sendiri berkata
demikian: siapa yang percaya dan dibaptis
akan diselamatkan, tetapi yang tidak percaya akan dihukum. Dalam ayat ini
jelas sekali bahwa syarat untuk memperoleh keselamatan harus dengan percaya dan
dibaptis. Jadi tidak cukup hanya percaya, berbuat baik, beragama dengan tekun
tanpa dibaptis. Jika seseorang yang belum dibaptis, mati atau meninggal dunia
baik pada masa anak-anak, pemuda atau remaja dan orangtua maka ia tidak
mendapat jaminan keselamatan. Siapa yang harus dibaptis? Yesus sendiri tidak
pernah membatasi siapa yang harus dibaptis. Yesus hanya mengatakan ‘Orang yang
percaya’. Tentu hal ini jelas tidak ada batasan usia dan syarat-syarat yang
lain maka kita tegaskan bahwa yang harus dibaptis itu adalah semua orang dan
dalam segala usia. Apakah anak-anak termasuk bayi kecil sudah percaya? Alkitab
dan iman kita menjawab sudah.
1.3
Baptisan sesudah masa
Kebangkitan Yesus
Ada beberapa
pemberitaan PB mengenai baptisan sesudah masa kebangkitan Yesus, antara lain:
Matius 28:19 ‘Baptisan untuk semua orang’, Kisah Para Rasul 2:38-39 ‘baptisan
untuk anak-anak’, Kisah Para Rasul 2:41 ‘semua kalangan dibaptis’, Kisah Para
Rasul 8:36-38 ‘Baptisan sida-sida’ Kisah Para Rasul ‘baptisan dalam penjara’
1.4
Dari Baptisan Yohanes
Di Sungai Yordan Hingga Gereja-Gereja Kristen Dewasa Ini
Baptisan yang Yohanes
lakukan pada sungai Yordan semakin bergeser dan semakin berpindah hal ini
sangat nyata dalam Kisah Para Rasul 2:38-39 sampai kepada gereja-gereja kita
masa kini terbentuklah berbagai cara dan pola baptisan yang tidak bertentangan
dengan kebenaran-kebenaran Alkitab. Atas dasar iman, kepercayaan dan pengakuan
kepada Allah Bapa, Yesus Kristus Anak Allah dan Roh Kudus tadi maka seseorang
dapat menerima janji anugerah Allah melalui baptisan dengan cara sebagai
berikut: baptis selam, baptis siram, baptis percik, dan baptis campuran.
1.5
Awal Mula Baptisan
Anak
Sejarah gereja tidak
sedemikian jelas mencatat periodisasi dari pelaksanaan awal baptisan anak.
Namun Rudolf H mengatakan bahwa baptisan anak sudah dilakukan sejak pembabtisan
pertama dilakukan untuk 3000 orang sekaligus sebagaimana diterangkan dalam
Kisah Para Rasul 2:41. Pada waktu itu semua lapisan masyarakat turut dibaptis,
mulai dari anak-anak dan siapa saja berdasarkan Matius 28:19-20 sudah dibaptis
. Berkhof mencatat bahwa terdapat keyakinan yang salah tentang baptisan di kalangan warga jemaat
purba sekitar tahun 100-200 sesudah masehi. Sehingga dari sini ada pandangan
penting bagi kita bahwa semakin berkembangnya baptisan anak-anak ini di
kalangan gereja purba adalah didorong oleh kuatnya anggapan yang menyatakan
bahwa semakin cepat mereka dibawa ke pembaptisan semakin cepat pula mereka
dilepaskan dari tangan dan kuasa iblis. Namun Harun hadiwijono mengatakan bahwa
yang menjadi dasar baptisan anak memang bukanlah beberapa ayat dari PB, juga
bukan iman anak yang dibaptis, melainkan ajaran tentang perjanjian Tuhan Allah
yang diberikan kepada orangtua dan kepada anak-anaknya. Hal ini didasari oleh
sunat yang menjadi tanda perjanjian Allah di dalam PL dan telah diganti dengan
baptisan. Penggantian ini harus kita lihat dari sejarah penyelamatan Allah. Di
dalam sejarah penyelamatan ini Tuhan Yesus Kristus menjadi pemenuhan hukum
Tuhan Allah. Ia telah memenuhi peraturan sunat dengan korbanNya dikayu salin.
Oleh karena itu Ia berhak menggantikan sunat dengan baptisan, sebagai
perjanjian Allah dalam PB. Yang dipentingkan di sini ialah perjanjian Allah.
Arti baptisan bagi para anak orang beriman sama dengan arti sunat bagi
anak-anak Israel. Hubungan Tuhan Allah dengan umatNya di dalam PB sama dengan
Hubungan Tuhan Allah dengan umatNya di dalam PL yaitu bahwa hubungan itu
pertama-tama bukan bersifat perorangan, melainkan bersifat menyeluruh. Artinya
Tuhan Allah pertama-tama berhubungan dengan umat Allah seutuhnya. P. Bruner dan W. Elet
menilai baptisan anak-anak secara positif. Mereka menguraikan pandangan bahwa
Allah sendirilah bertindak dalam
baptisan dan bahwa keberadaan diri yang
dibaptis tidak dapat mempengaruhi
terjadinya sakramen. Baptisan adalah karya dan Firman Allah sendiri dan dengan
begitu tidaklah bergantung pada iman. Kepercayaan diartikan sebagai penerimaan
perbuatan Allah dan bukanlah bahasan. Hal ini tampak jelas anak-anak yang tahu
menerima dengan terbuka apa yang dihadiahkan kepadanya. Justru anak-anak yang
diberkati Kristus dan kepada mereka dijanjikan Kerajaan Allah. Pandangan Zwingli dan Calvin tentang Baptisan
Anak cikal-bakal Sakramen Baptisan Anak Baptisan anak atau bayi ada karena
sebagai usaha orang –orang untuk beradaptasi dengan model baptisan Perjanjian
Baru, yaitu baptisan kepada anak-anak. Memang alkitabiah jika melihat alasan
mengapa ada baptisan anak. Namun Gereja Timur memiliki pandangan lain dalam
berpendapat adanya baptisan anak, yaitu bahwa baptisan anak-anak ada karena
landasannya keadaan tidak berdosa dari anak-anak, bukan berlandaskan dosa asal.
Dosa asal? Jika dipikirkan memang ada sangkut-paut antara baptisan anak dengan
dosa asal. Meilhat sejarah bahwa manusia adalah pribadi yang berdosa, maka dari
itu semua keturunan yang dilahirkan dari rahim manusia pun ikut berdosa,
sehingga anak pun butuh pengampunan dan tanda sebagai pribadi yang terikat
perjanjian dengan Allah. Bahkan penulis berpandangan bahwa baptisan anak muncul
karena manusia tidak ada yang mengetahui tentang usia seseorang, sehingga
dibuat baptisan anak dengan bertujuan untuk berjaga-jaga apabila anak yang baru
dilahirkan meninggal atau anak yang tidak sempat dibaptis pada usia dewasa
meninggal. Pandangan Ulrich Zwingli
Zwingli mau tidak mau harus menghadapi suatu
kesulitan yang nyata dalam hubungan dengan baptisan anak. Jawaban tradisional terhadap dilema ini
adalah apa yang telah sedikit disinggung di sub-bab sebelumnya, yaitu untuk
membersihkan kesalahan dosa asal. Argumen yang dipersoalkan itu membawa kembali
pada Agustinus dalam awal abad kelima. Sementara itu,. jika Zwingli mengikuti
argumen Erasmus, ia kesulitan dengan pengertian dosa asal dan cenderung pada
pandangan bahwa anak-anak tidak mempunyai dosa asali yang melekat pada didi
mereka yang perlu untuk tidak diampuni. Akibatnya, baptisan anak rasanya tidak
mempunyai makna, kecuali jika nanti muncul alasan pembenaran teoritis lain
tentang baptisan anak. Zwingli menunjukkan bahwa di dalam Perjanjian Lama bayi
laki-laki disunat dalam beberapa hari sesudah kelahiran mereka sebagai suatu
tanda akan keanggotaan mereka di dalam umat Israel. Sunat merupakan upacara
yang ditetapkan oleh perjanjian dalam Perjanjian Lama untuk mendemonstrasikan
bahwa anak yang telah disunat itu dihisab ke dalam persekutuan perjanjian. Anak
itu telah dilahirkan ke dalam suatu
komunitas yang kini memilikinya, dan sunat meupakan suatu tanda keterhisaban ke
dalam komunitas. Zwingli mengembangkan ide ini dengan menunjukkan bahwa
baptisan adalah lebih lembut dari sunat, karena baptisan tidak melibatkan rasa
sakit atau penumpahan darah dan lebih bersifat inklusif, dalam artian bahwa
baptisan mencakup bayi laki-laki dan bayi perempuan. Baptisan juga merupakan
suatu tanda keterhisaban ke dalam suatu komunitas, dalam hal ini adalah gereja
Kristen. Fakta bahwa anak-anak tidak menyadari akan keterhisaban ini tidak
relevan. Ia adalah seorang anggota dari komunitas Kristen dan baptisan adalah
demonstrasi di hadapan umun akan keterhisabannya sebagai anggota komunitas ini.
Pandangan John Calvin Calvin berpendapat bahwa sunat dan baptisan adalah sama,
keduanaya adalah perjanjian yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah
menyatakan dengan tegas bahwa penyunatan bayi itu akan bagaikan materai untuk
memeteraikan janji yang terkandung dalam perjanjian itu. Kalau perjanjian itu
tetap teguh dan pasti, maka itu berlaku bagi anak-anak orang Kristen sekarang,
sama seperti hal sunat dulu menyangkut anak-anak orang Yahudi.
Bagi Calvin, manfaat
baptisan anak-anak adalah mereka dimasukkan ke dalam tubuh gereja dan dengan
demikian anggota-anggota lain lebih merasa bahwa mereka dalam arti tertentu
dipercayakan kepadanya. Selanjutnya, jika mereka sudah dewasa, baptisan
merupakan dorongan yang tidak kecil bagi mereka untuk sungguh-sungguh memuja
Allah yang telah menerima mereka sebagai anak-anak-Nya.
Jika
memang Calvin memiliki pendapat seperti itu, berarti sebutan baptisan anak
tidak lah pas, karena bukan mereka (anak-anak) yang mengasah iman mereka,
tetapi orang-orang atau sebutan Calvin adalah anggota anggota tubuh Kristus.
Mengingat bahwa butuh “usaha” sendiri dalam mendemonstrasikan iman yang
dimiliki di hadapan umum.[6]
Anak-anak kecil harus
dibaptis karena mereka tentu termasuk semua bangsa. Sekecil upaya kita untuk
mengeyampingkan bayi dari baptisan , sekecil itupula keberanian kita untuk
menyampingkan mereka dari bangsa. Karena kepada anak kecil itu pun Kristus
menjanjikan kerajaan Allah (Luk. 18:15-17). Untuk masuk ke dalam kerajaan Allah
mereka harus dilahirkan kembali di dalam air oleh Roh Yoh 3:5-6. Jadi anak
kecil bisa menjadi bagian dalam perjanjian untuk menerima anugerah Allah
melalui sunat, anak-anak kecil sekarang pun harus dibaptis[7].
Rudolf H mengatakan
anak-anak itu harus dibaptis sebab banyak nats Alkitab yang mengatakannya
seperti Mat. 28:19; Mrk 16; Kis. 2:38-39. Mengapa anak-anak harus dibaptis? Supaya untuk memutuskan
ikatan kekefiran, lalu untuk menerima anugerah keselamatan dan pencurahan Roh
Kudus serta sebagai tanda bahwa Ia sudah Turut Mati dalam kematian Kristus dan
Bangkit Bersama Kebangkitan Kristus(Rm. 6:3-4, Kolose 2:12).
IV.
Arti Dan Makna
Baptisan Secara Teologis-Dogmatis
4.1
bersifat Lambang atau
Simbol penyucian
Di dalam lambing dan
symbol itu ada suatu proses dan peristiwa rohani yang sangat indah sekali.
Sebagaimana air dipakai untuk membersihkan atau mensucikan seseorang
demikianlah pembaptisan itu merupakan upacara kudus yang bertujuan untuk
membersihkan manusia dari segala dosa dan dari kejahatan di hadapan Tuhan.
Dalam Kisah Para Rasul 2:38 disebut demikian ‘Jawab Petrus kepada mereka:
bertobatlah dan hendaklah kamu memberi masing-masing dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus’.
Atas dasar nats itu
maka kita percaya bahwa dalam baptisan, kita memperoleh anugerah pertobatan,
pengampunan dosa dan Karunia Roh Kudus.
4.2
salah satu
‘Sakramentum’
sakramentum artinya
benda kudus, suci, perbuatak kudus, rahasia suci. Istilah itu berasal dari
bahasa latin ‘Sacram’ sama dengan
taruhan atau jaminan. Sacram adalah merupakan uang jaminan atau tebusan dalam
suatu perkara. Bagi orang batak hal ini disebut sebagai singkroam yang
diartikan sebagai awal daripada janji keselamatan. Tetapi bukan sampai disini
saja tetapi masih ada yang perlu kita lunasi yakni berbuat baik sebagai
tanda-tanda keselamatan yang telah kita peroleh dari Yesus Kristus. Inilah
konsekwensi keselamatan yang sudah kita terima dari Yesus Kristus yang
menyatakan keselamatan itu dalam hidup sehari hari kepada alam semesta dan
seluruh manusia hingga maranatha kedua kali dala kemuliaan. Itulah keselamatan
yang kekal yang dijanjiikan oleh Yesus Kristus akan diterima secara sempurna
oleh orang percaya melalui mahkota kemuliaan bersama Yesus Kristus (Mat. 25:34;
Yoh. 17:24; Rm 8:18).
Atas dasar pemahaman
teologis yang demikian kita tegaskan sekarang bahwa baptisan bukan soal
bagaimana cara, bentuk, tehnik membaptis, tempat dibaptis, apa dengan air
sungai, air kolam, air bersih (aqua); dan lain-lain sebagainya. Tetapi baptisan
adalah soal jaminan penerimaan akan anugerah karya keselamatan yang diperbuat
oleh Yesus Kristus dan pewarisan hidup yang kekal.
4.3
Baptisan merupakan
Tanda , Materai, Cap, Stempel atau Segel Keselamatan.
Baptisan itu merupakan materai keselamatan dari
Allah sekali dan untuk selama-lamanya berdasarkan Roma 6:10. Nats ini
memberikan dua makna rohani daripada baptisan. Pertama kita telah turut mati dalam kematian
Kristus; kedua kita turut bangkit (hidup kembali) dalam kebangkitan Kristus.[8]orang
yang dibaptis bukan hanya dibaptis atau
diselupkan ke dalam Kristus melainkan juga dibaptis ke dalam Roh Kudus.
Baptisan juga disebut baptisan di dalam Roh. Yohanes Pembaptis berkata, bahwa
Kristus akan membaptis dengan roh Kudus (Mrk. 1:8). Dari sini jelaslah bahwa
ada hubungan antara materai dan Karunia Roh Kudus (Ef. 1:13). Oleh karena itu dalam
Ef. 4:30 disebutkan bahwa Roh Kudus telah mematreikan kita menjelang hari
penyelamatan. Semua ini menunjukkan dengan jelas bahwa Roh Kudus yang menjadi
jaminan bagian kita itu dikaruniakan kepada kita sebagai tanggungan bahwa
bagian kita yang akan dikaruniakan pada hari penyelamatan itu pasti akan
dikaruniakan.[9]
4.4
Baptisan Adalah
Perbuatan Allah
Perbuatan Allah yang
dimaksudkan adalah untuk memberikan karunia atau berkat Ilahi berupa jaminan
keselamatan bagi manusia yang percaya di dalam Yesus Kristus berdasarkan
perintahnya dalam Matius 28:18-20 dan Markus 16:15-18. Perintah itu meliputi
pekabaran Injil kepada segala makhluk dan suruhan membaptiskan mereka dalam
nama Allah Bapa, Anak_Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus.
4.5
Baptisan Merupakan
Perubahan Status
Dalam Matius 28:20
dikatakan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Pekabaran
Injil apabila diterima oleh manusia akan mengarahkan kepada “baptislah” itu
artinya harus ada perubahan status[10].
Verkuyl mengatakan apabila seseorang budak dengan pembaptisan proselit maka
statusnya akan berubah dan ia dari seseorang budak menjadi orang yang bebas.
Membaptis dalam nama Allah Bapa dan Roh Kudus berarti suatu pengukuhan
peralihan dari perbudakan dosa dan maut dan kuasa-kuasa gelap ke suasana
kerajaan Mesianis. Menurut verkuyl pentingnya arti dan makna baptisan bagi orang
percaya ialah suatu pembebasan, peningkatan status, dan kelepasan sesorang dari
tangan iblis. Kita bukan lagi budak dosa yang harus tunduk dan patuh sepenuhnya
kepada iblis. Konsekwensinya orang yang sudah dibaptis harus hidup baru, lepas
dari segala kebejatan yang selama ini dikendalikan oleh perbudakan dosa.[11]
4.6
baptisan sebagai
sarana Anugerah[12]
menurut Matius 28:19
orang bisa menjadi murid Yesus melalui baptisan, dan dalam Markus 16:16 tertulis siapa yang percya dan
dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukuim.
Dengan iman keselamatan diterima, dan dengan ketidakberimanan keselamatan
ditolak. Karena itu baptisan pastilah merupakan sarana untuk menawarkan
keselamatan kepada manusia. Baptisan juga melahirkan kita kembali dengan
menumbuhkan iman yang berpegang pada pengampunan yang telah dijanjikan. Kita
dilahirkan kembali dengan air dan Roh. Maka kehidupan rohani yang baru bekerja
dalam diri kita, yaitu iman. Dalam baptisan kita dibangkitkan bersama Kristus
melalui iamn kepada karya kuasa Allah.
Jadi baptisan bukan
hanya menawarkan anugerah, melainkan juga menimbulkan iman, sebagai sarana
untuk menerima tawaran anugerah ini. Baptisan mengupayakan pengampunan dosa,
melepaskan dari kematian dan iblis, serta memberikan keselamatan kekal kepada
semua orang yang mempercayainya, sebagaimana dinyatakan melalui Firman dan
janji Allah. Maka dengan itu baptisan itu sangat perlu karena Tuhan yang
menetapkan dan memerintahkan agar semau bangsa dibaptis (Mat. 28:19).
V.
Confessi Gereja-Gereja
Protestan Tentang Baptisan
penyaji memberikan dua
contoh confessi gereja untuk melengkapi pemahaman kita tentang baptisan, yakni
gereja Huria Batak Protestan (HKBP) dan gereja Methodist Indonesia (GMI).
Mengapa harus kedua gereja ini tidak ikut dengan gereja yang lain, sebab gereja yang lain memiliki akar dogma yang
sama.
4.1
Confessi Gereja HKBP
HKBp memberi
penjelasan yang detail dan lengakap. Hal itu kita temukan pada pasal 10 bagian
A yang mengatakan kita harus percaya dan
bersaksi: bahwa baptis Kudus itu adalah jalan pemberian anugerah Allah kepada
manusia, karena melalui baptisan itulah disampaikan kepada orang yang percaya
keampunan dosa, kebaharuan hidup, kelepasan dari maut dan iblis serta damai
sejahtera yang kekal.
Selanjutnya konfessi
HKBP juga menjelaskan dengan ajaran ini kita bersaksi: anak kecil pun harus
dibaptis karena dengan baptisan itu mereka juga masuk ke dalam persekutuan yang
menerima anugerah pengorbanan Kristus, berhubungan pula dengan pemberkatan anak-anak
oleh Tuhan Yesus (Mrk 10:14; Luk 18:16). Pembaptisan tidak harus selalu
dibenamkan ke dalam air. Selanjutnya konfessi HKBP ini dengan tegas mengajarkan
beberapa hal penting bagi kita yaitu bahwa baptisan adalah jalan pemberian
anugerah. Yang paling penting bukanlah
cara, tehnik, atau tempatnya dilaksanakan tetapi makna dan berkat yang kita
dapati dari baptisan itu.
Gereja HKBP juga
mengenal dan melaksanakan baptisan dewasa yakni mereka yang dating dari
kekafiran atau agama-agama lain sebagaimana kita temukan di Agenda HKBP nomor V
halaman 11.
4.2 Confessi Gereja Methodist Indonesia (GMI)[13]
Gereja GMI merumuskan
ajaran atau dogma tentang sakramen pada Diktum No. 16 dengan demikian:
sakramen-sakramen yang ditentukan oleh Kristus bukanlah hanya tanda-tanda atau
lambing yang menyatakan pengakuan orang-orang Kristen melainkan tanda anugerah
dan kemurahan hati Allah kepada kita dengan mana Dia bekerja didalam batin
kita, bukan hanya menghidupkan melainkan juga untuk memperkuat dan memperteguh
Iman kita akan Dia. Adalah dua sakramen yang ditentukan oleh Kristus di dalam
Injil yaitu baptisan Kudus dab Perjamuan Kudus. Sakramen ini bukanlah
ditetapkan Kristus supaya dipertontonkan
atau diarak-arak, melainkan supaya kita mempergunakannya dengan sepatutnya.
Tetapi barang siapa yang menerima dengan
tidak berlayak mendatangkan hukum atas dirinya seperti yang dikatakan Paulus
dalam 1 Korintus 11:29.
Selanjutnya menyangkut
tentang baptisan, dogma Gereja Methodist Indonesia meneybutkan demikian pada
Diktum no 17 mengenai baptisan. Bahwa baptisan hanya satu tanda pengakuan Iman
atau suatu tanda yang membedakan
orang-orang Kristen dari orang-orang yang belum dibaptiskan, tetapi juga adalah suatu tanda kejadian manusia baru
atau suatu kelahiran baru. Baptisan anak-anak haruslah tetap dipertahankan(buku
75 Thun Gereja Methodist Indonesia-GMI 1905-1980, Medan 13 Mei 1980, hal 30-31)
Dalam dogma GMI
tentang baptisan ditekankan bahwa baptisan merupakan suatu tanda kejadian
manusia yang baru atau kelahiran baru. Baptisan itu awal dari pada seluruh
proses kerohanian kita. Sejak baptisan terjadi perubahan yang radikal dalam
hidup orang percaya yaitu menjadi baru di dalam Kristus. Jadi hari dan tanggal
baptisan orang Kristen haruslah diingat, dikenang dan dianggap suatu peristiwa
besar sepanjang hidup, sebab itulah hari di mana kita resmi menjadi manusia
baru.
4.3
Cara Baptisan
Dalam perkembangan dan
prakteknya yang dilakukan oleh gereja-gereja bukan lagi harus dilaksanakan di
dalam sungai atau memasukkan seseorang kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus
tetapi dengan berbagai cara dan tehnis dalam Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ada
dengan cara menyelamkan, memercikkan dan menyiramkan[14]
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
diatas penyaji menyimpulkan bahwa hal yang mendasar tentang baptisan ialan: pertama, ada beberapa ragam cara dan
tehnik baptisan baik menyelamkan, menyiramkan, dan memercikkan dan campuran.
Menurut gereja Protestan soal cara tehnis membaptis bukanlah pertentangan
tetapi bagaimana memaknai dan melakukannya dengan benar di gereja
masing-masing. Kedua, tempat
pemandian suci juga tidak pernah di persoalkan oleh ajaran gereja Protestan
karena semua itu sah dan benar. Ketiga,
sentral dari pada baptisan ialah makna dan simbol-simbol baptisan. Baptisan itu
upacara Kudus mensyahkan bahwa seorang resmi menjadi putra dan putri Allah. Keempat, baptisan merupakan lambang
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus hanya boleh berlangsung sekali unntuk
selama-lamanya. Kelima, menurut
confessi gereja-gereja secara khusus HKBP dan GMI dengan baptisan maka kita
akan menerima keampunan dosa, kelahiran kembali, kelepasan dari ikatan iblis,
dan keselamatan yang kekal. Maka sudah selayaknya doktrin ini menjadi penolong
bagi semua orang Kristen untuk mempercayai baptisan itu berasal dari Allah, dan
sebagai penyataan Allah di dalam diri manusia.
VII.
Daftar
Pustaka
·
Burtner,
Robert W & Chiles, Robert(ed), John Wesley’s Theology (Nashville:
Abingdon Press, 1983)
·
Dieter
Becker. Theol, Pedoman Dogmatika
(Jakarta: BPK GM, 1991)
·
Edward
W. A. Kohler, Nursusilo Rahardjo (ed), Intisari
Ajaran Kristen (Pematang Siantar, Kolportase GKPI, 2010)
·
Hadiwijono,
Harun, Iman Kristen (Jakarta: BPK GM,
2010)
·
Pasaribu,
Rudolf H, Iman Kristen (Jakarta; BPK
Gunung Mulia, 2001)
·
Pasaribu,
Rudolf H, Baptisan Ulang Itu Dosa (Medan:
IKAPI, 2002)
·
Runyon,
Theodore, The New Creation: John Wesley’s
Theology Today (Nashville: Abingdon Press, 1981)
·
Xavior
Leon, Ensiklopedia Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Kanisius, 1990)
·
Verkuyl,
J, Khotbah-Khotbah
Masa Kini 1 (Jakarta: BPK GM, 1988)
·
75 TAHUN Gereja
Methodist Indonesia-GMI 1905-1980, (Medan 13 Mei
1980)
·
http://richosianipar.blogspot.com/2012/01/cikal-bakal-dan-kontroversi-baptisan.html
[1]Xavior Leon, Ensiklopedia
Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 156
[2] Tim Redaksi, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka), 93
[3]Burtner, Robert W & Chiles, Robert E (ed), John Wesley’s Theology (Nashville: Abingdon Press, 1983), 266
[4]Runyon, Theodore, The New
Creation: John Wesley’s Theology Today (Nashville: Abingdon Press, 1981),
140
[5]Rudolf H. Pasaribu, Baptisan
Ulang Itu Dosa Jangan mau tertipu (Jakarta: IKAPI, 2004), 25
[6]http://richosianipar.blogspot.com/2012/01/cikal-bakal-dan-kontroversi-baptisan.html
[7]Edward W A. Kohler, Intisari Ajaran Kristen, 227
[8]Rudolf H. Pasaribu,,,.54
[9]Harun Hadiwijono, Iman Kristen(Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010), 443
[10]Rudolf H. Pasaribu,,,.66
[11]Dr. J. Verkuyl, Khotbah-Khotbah
Masa Kini 1 (Jakarta: BPK GM, 1988), 13
[12]Edward W. A. Kohler, Intisari
Ajaran Kristen (Pematang Siantar: Kolportose Pusat GKPI, 2010), 222-223
[14]Rudolf H. Pasaribu, Iman
Kristen(Jakarta: BPK GM, 2009), 21-22
stiletto titanium hammer - Tantric Art
BalasHapusStiletto titanium daith jewelry Stainless titanium wok Steel (12-Year) Material. Stainless Steel (12-Year). Made by Ticot, LLC. No. titanium hair trimmer of stock titanium bars / Reproduction/Modifications. $54.00. Availability. Quantity. Quantity. Add to cart. guy tang titanium toner Quantity. Add to
Shalom Gembala Sidang, Pendeta-pendeta dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.
BalasHapusTanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada
Huruf Ibrani, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃ "
( " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad " )
Dilanjutkan dengan mengucap berkat berikut :
Huruf Ibrani, " בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד "
( " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed " )
( Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱