Minggu, 27 April 2014

Doktrin Sakramen Baptisan (Teologis-Dogmatis)


I.                   Pendahuluan
Baptisan adalah merupakan salah satu ajaran gereja yang paling prinsipil. Dalam konfesi Gereja-gereja ditegaskan adanya tiga ciri khas Gereja yang benar antara lain: (1) apabila dilaksanakan pemberitaan Firman Tuhan yang murni dan benar; (2) apbila berlangsung pelayanan sakramen, yakni baptisan dan Perjamuan Kudus; (3) apabila masih dijalankan hukum siasat Gereja yang didasarkan atas Kasih Kristus untuk melindungi kemurnian kehidupan warga Gereja serta menjaga pemberitaan Firman yang benar.
 Karena baptisan merupakan ajaran dan dogma Gereja yang sangat prinsipil, maka wajib diketahui, dipahami, dimengerti, dan dihormati oleh setiap orang percaya. Bahwa baptisan adalah ajaran dan dogma  atau ketentuan masing-masing denominasi gereja yang dirumuskan berdasarkan kepercayaan, keyakinan dan imannya terhadap pernyataan Allah sebagaiman tertulis dalam Alkitab. Oleh karena itu, setiap warga Gereja yang percaya harus memegang teguh ajaran itu dengan sungguh-sungguh. Dibawah ini penyaji akan menguraikan yang apa itu baptisan serta hal yang menyangkut didalamnya, sebab banyak orang yang beranggapan bahwa masalah baptisan merupakan soal biasa bagi warga jemaat. Ada yang mengatakan baptisan Protestan itu tidak sah, tidak benar, tidak sempurna dan tidak Alkitabiah.
II.                Pengertian Baptisan
Istilah baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu baptisma merupakan kata benda yang bebentuk nominative tunggal neuter yand diartikan dengan kata baptisan. Secara etimologi kata ini berasal dari kata baptw  yang berarti mandi atau masuk ke dalam air.[1] Menurut KBBI baptisan adalah penggunaan air untuk penyucian keagamaan khususnya sebagai penerimaan seseorang ke dalam agama Kristen.[2]
Baptisan Ini adalah sakramen inisiasi, yang masuk kita ke dalam perjanjian dengan Allah. Hal ini ditetapkan oleh Kristus, yang sendiri memiliki, kekuatan untuk melembagakan sakramen yang tepat, tanda, segel, janji, dan sarana kasih karunia, terus-menerus wajib pada         semua orang Kristen. Kita tidak tahu, memang, waktu yang tepat institusinya, tetapi kita tahu itu jauh sebelum kenaikan Tuhan kita. Dan itu dilambagakan di ruang sunat, Karena, seperti itu pertanda dan meterai Perjanjian Allah.[3] Teologi Wesley mengatakan baptisan dibentuk oleh pemahaman dasar tentang keselamatan sebagai pembaharuan dari gambar Allah dalam manusia.[4]
III.             Baptisan Menurut Pemberitaan Alkitab[5]
1.1  Baptisan Yohanes Pembaptis
Adapun ciri khas dari baptisan Yohanes adalah: pertama berpusat di sungai Yordan. Karena pelaksanaannya di sungai Yordan maka ada kemungkina besar baptisan ini dilakukan dengan cara menyelamkan. Kedua dilakukan kepada orang-orang dewasa. Hal ini jelas dari pemberitaan injil-injil sinoptis khususnya Lukas yang mengabarkan bahwa banyak orang dari kota pergi kesungai Yordan untuk melihat Yohanes Pembaptis. Ketiga maksud dan tujuan pelaksanaan baptisan Yohanes Pembaptis adalah untuk pertobatan
1.2  Menurut Markus 16:6
Yesus sendiri berkata demikian: siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi yang tidak percaya akan dihukum. Dalam ayat ini jelas sekali bahwa syarat untuk memperoleh keselamatan harus dengan percaya dan dibaptis. Jadi tidak cukup hanya percaya, berbuat baik, beragama dengan tekun tanpa dibaptis. Jika seseorang yang belum dibaptis, mati atau meninggal dunia baik pada masa anak-anak, pemuda atau remaja dan orangtua maka ia tidak mendapat jaminan keselamatan. Siapa yang harus dibaptis? Yesus sendiri tidak pernah membatasi siapa yang harus dibaptis. Yesus hanya mengatakan ‘Orang yang percaya’. Tentu hal ini jelas tidak ada batasan usia dan syarat-syarat yang lain maka kita tegaskan bahwa yang harus dibaptis itu adalah semua orang dan dalam segala usia. Apakah anak-anak termasuk bayi kecil sudah percaya? Alkitab dan iman kita menjawab sudah.
1.3  Baptisan sesudah masa Kebangkitan Yesus
Ada beberapa pemberitaan PB mengenai baptisan sesudah masa kebangkitan Yesus, antara lain: Matius 28:19 ‘Baptisan untuk semua orang’, Kisah Para Rasul 2:38-39 ‘baptisan untuk anak-anak’, Kisah Para Rasul 2:41 ‘semua kalangan dibaptis’, Kisah Para Rasul 8:36-38 ‘Baptisan sida-sida’ Kisah Para Rasul ‘baptisan dalam penjara’
1.4  Dari Baptisan Yohanes Di Sungai Yordan Hingga Gereja-Gereja Kristen Dewasa Ini
Baptisan yang Yohanes lakukan pada sungai Yordan semakin bergeser dan semakin berpindah hal ini sangat nyata dalam Kisah Para Rasul 2:38-39 sampai kepada gereja-gereja kita masa kini terbentuklah berbagai cara dan pola baptisan yang tidak bertentangan dengan kebenaran-kebenaran Alkitab. Atas dasar iman, kepercayaan dan pengakuan kepada Allah Bapa, Yesus Kristus Anak Allah dan Roh Kudus tadi maka seseorang dapat menerima janji anugerah Allah melalui baptisan dengan cara sebagai berikut: baptis selam, baptis siram, baptis percik, dan baptis campuran.
1.5  Awal Mula Baptisan Anak
Sejarah gereja tidak sedemikian jelas mencatat periodisasi dari pelaksanaan awal baptisan anak. Namun Rudolf H mengatakan bahwa baptisan anak sudah dilakukan sejak pembabtisan pertama dilakukan untuk 3000 orang sekaligus sebagaimana diterangkan dalam Kisah Para Rasul 2:41. Pada waktu itu semua lapisan masyarakat turut dibaptis, mulai dari anak-anak dan siapa saja berdasarkan Matius 28:19-20 sudah dibaptis . Berkhof mencatat bahwa terdapat keyakinan yang salah  tentang baptisan di kalangan warga jemaat purba sekitar tahun 100-200 sesudah masehi. Sehingga dari sini ada pandangan penting bagi kita bahwa semakin berkembangnya baptisan anak-anak ini di kalangan gereja purba adalah didorong oleh kuatnya anggapan yang menyatakan bahwa semakin cepat mereka dibawa ke pembaptisan semakin cepat pula mereka dilepaskan dari tangan dan kuasa iblis. Namun Harun hadiwijono mengatakan bahwa yang menjadi dasar baptisan anak memang bukanlah beberapa ayat dari PB, juga bukan iman anak yang dibaptis, melainkan ajaran tentang perjanjian Tuhan Allah yang diberikan kepada orangtua dan kepada anak-anaknya. Hal ini didasari oleh sunat yang menjadi tanda perjanjian Allah di dalam PL dan telah diganti dengan baptisan. Penggantian ini harus kita lihat dari sejarah penyelamatan Allah. Di dalam sejarah penyelamatan ini Tuhan Yesus Kristus menjadi pemenuhan hukum Tuhan Allah. Ia telah memenuhi peraturan sunat dengan korbanNya dikayu salin. Oleh karena itu Ia berhak menggantikan sunat dengan baptisan, sebagai perjanjian Allah dalam PB. Yang dipentingkan di sini ialah perjanjian Allah. Arti baptisan bagi para anak orang beriman sama dengan arti sunat bagi anak-anak Israel. Hubungan Tuhan Allah dengan umatNya di dalam PB sama dengan Hubungan Tuhan Allah dengan umatNya di dalam PL yaitu bahwa hubungan itu pertama-tama bukan bersifat perorangan, melainkan bersifat menyeluruh. Artinya Tuhan Allah pertama-tama berhubungan dengan umat Allah seutuhnya. P. Bruner dan W. Elet menilai baptisan anak-anak secara positif. Mereka menguraikan pandangan bahwa Allah sendirilah bertindak  dalam baptisan  dan bahwa keberadaan diri yang dibaptis tidak dapat  mempengaruhi terjadinya sakramen. Baptisan adalah karya dan Firman Allah sendiri dan dengan begitu tidaklah bergantung pada iman. Kepercayaan diartikan sebagai penerimaan perbuatan Allah dan bukanlah bahasan. Hal ini tampak jelas anak-anak yang tahu menerima dengan terbuka apa yang dihadiahkan kepadanya. Justru anak-anak yang diberkati Kristus dan kepada mereka dijanjikan Kerajaan Allah.  Pandangan Zwingli dan Calvin tentang Baptisan Anak cikal-bakal Sakramen Baptisan Anak Baptisan anak atau bayi ada karena sebagai usaha orang –orang untuk beradaptasi dengan model baptisan Perjanjian Baru, yaitu baptisan kepada anak-anak. Memang alkitabiah jika melihat alasan mengapa ada baptisan anak. Namun Gereja Timur memiliki pandangan lain dalam berpendapat adanya baptisan anak, yaitu bahwa baptisan anak-anak ada karena landasannya keadaan tidak berdosa dari anak-anak, bukan berlandaskan dosa asal. Dosa asal? Jika dipikirkan memang ada sangkut-paut antara baptisan anak dengan dosa asal. Meilhat sejarah bahwa manusia adalah pribadi yang berdosa, maka dari itu semua keturunan yang dilahirkan dari rahim manusia pun ikut berdosa, sehingga anak pun butuh pengampunan dan tanda sebagai pribadi yang terikat perjanjian dengan Allah. Bahkan penulis berpandangan bahwa baptisan anak muncul karena manusia tidak ada yang mengetahui tentang usia seseorang, sehingga dibuat baptisan anak dengan bertujuan untuk berjaga-jaga apabila anak yang baru dilahirkan meninggal atau anak yang tidak sempat dibaptis pada usia dewasa meninggal.  Pandangan Ulrich Zwingli
  Zwingli mau tidak mau harus menghadapi suatu kesulitan yang nyata dalam hubungan dengan baptisan anak.  Jawaban tradisional terhadap dilema ini adalah apa yang telah sedikit disinggung di sub-bab sebelumnya, yaitu untuk membersihkan kesalahan dosa asal. Argumen yang dipersoalkan itu membawa kembali pada Agustinus dalam awal abad kelima. Sementara itu,. jika Zwingli mengikuti argumen Erasmus, ia kesulitan dengan pengertian dosa asal dan cenderung pada pandangan bahwa anak-anak tidak mempunyai dosa asali yang melekat pada didi mereka yang perlu untuk tidak diampuni. Akibatnya, baptisan anak rasanya tidak mempunyai makna, kecuali jika nanti muncul alasan pembenaran teoritis lain tentang baptisan anak. Zwingli menunjukkan bahwa di dalam Perjanjian Lama bayi laki-laki disunat dalam beberapa hari sesudah kelahiran mereka sebagai suatu tanda akan keanggotaan mereka di dalam umat Israel. Sunat merupakan upacara yang ditetapkan oleh perjanjian dalam Perjanjian Lama untuk mendemonstrasikan bahwa anak yang telah disunat itu dihisab ke dalam persekutuan perjanjian. Anak itu telah            dilahirkan ke dalam suatu komunitas yang kini memilikinya, dan sunat meupakan suatu tanda keterhisaban ke dalam komunitas. Zwingli mengembangkan ide ini dengan menunjukkan bahwa baptisan adalah lebih lembut dari sunat, karena baptisan tidak melibatkan rasa sakit atau penumpahan darah dan lebih bersifat inklusif, dalam artian bahwa baptisan mencakup bayi laki-laki dan bayi perempuan. Baptisan juga merupakan suatu tanda keterhisaban ke dalam suatu komunitas, dalam hal ini adalah gereja Kristen. Fakta bahwa anak-anak tidak menyadari akan keterhisaban ini tidak relevan. Ia adalah seorang anggota dari komunitas Kristen dan baptisan adalah demonstrasi di hadapan umun akan keterhisabannya sebagai anggota komunitas ini. Pandangan John Calvin Calvin berpendapat bahwa sunat dan baptisan adalah sama, keduanaya adalah perjanjian yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah menyatakan dengan tegas bahwa penyunatan bayi itu akan bagaikan materai untuk memeteraikan janji yang terkandung dalam perjanjian itu. Kalau perjanjian itu tetap teguh dan pasti, maka itu berlaku bagi anak-anak orang Kristen sekarang, sama seperti hal sunat dulu menyangkut anak-anak orang Yahudi.
Bagi Calvin, manfaat baptisan anak-anak adalah mereka dimasukkan ke dalam tubuh gereja dan dengan demikian anggota-anggota lain lebih merasa bahwa mereka dalam arti tertentu dipercayakan kepadanya. Selanjutnya, jika mereka sudah dewasa, baptisan merupakan dorongan yang tidak kecil bagi mereka untuk sungguh-sungguh memuja Allah yang telah menerima mereka sebagai anak-anak-Nya.
            Jika memang Calvin memiliki pendapat seperti itu, berarti sebutan baptisan anak tidak lah pas, karena bukan mereka (anak-anak) yang mengasah iman mereka, tetapi orang-orang atau sebutan Calvin adalah anggota anggota tubuh Kristus. Mengingat bahwa butuh “usaha” sendiri dalam mendemonstrasikan iman yang dimiliki di hadapan umum.[6]
Anak-anak kecil harus dibaptis karena mereka tentu termasuk semua bangsa. Sekecil upaya kita untuk mengeyampingkan bayi dari baptisan , sekecil itupula keberanian kita untuk menyampingkan mereka dari bangsa. Karena kepada anak kecil itu pun Kristus menjanjikan kerajaan Allah (Luk. 18:15-17). Untuk masuk ke dalam kerajaan Allah mereka harus dilahirkan kembali di dalam air oleh Roh Yoh 3:5-6. Jadi anak kecil bisa menjadi bagian dalam perjanjian untuk menerima anugerah Allah melalui sunat, anak-anak kecil sekarang pun harus dibaptis[7].
Rudolf H mengatakan anak-anak itu harus dibaptis sebab banyak nats Alkitab yang mengatakannya seperti Mat. 28:19; Mrk 16; Kis. 2:38-39. Mengapa anak-anak harus         dibaptis? Supaya untuk memutuskan ikatan kekefiran, lalu untuk menerima anugerah keselamatan dan pencurahan Roh Kudus serta sebagai tanda bahwa Ia sudah Turut Mati dalam kematian Kristus dan Bangkit Bersama Kebangkitan Kristus(Rm. 6:3-4, Kolose 2:12).
IV.              Arti Dan Makna Baptisan Secara Teologis-Dogmatis
4.1  bersifat Lambang atau Simbol penyucian
Di dalam lambing dan symbol itu ada suatu proses dan peristiwa rohani yang sangat indah sekali. Sebagaimana air dipakai untuk membersihkan atau mensucikan seseorang demikianlah pembaptisan itu merupakan upacara kudus yang bertujuan untuk membersihkan manusia dari segala dosa dan dari kejahatan di hadapan Tuhan. Dalam Kisah Para Rasul 2:38 disebut demikian ‘Jawab Petrus kepada mereka: bertobatlah dan hendaklah kamu memberi masing-masing dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus’.
Atas dasar nats itu maka kita percaya bahwa dalam baptisan, kita memperoleh anugerah pertobatan, pengampunan dosa dan Karunia Roh Kudus.
4.2  salah satu ‘Sakramentum’
sakramentum artinya benda kudus, suci, perbuatak kudus, rahasia suci. Istilah itu berasal dari bahasa latin ‘Sacram’ sama dengan taruhan atau jaminan. Sacram adalah merupakan uang jaminan atau tebusan dalam suatu perkara. Bagi orang batak hal ini disebut sebagai singkroam yang diartikan sebagai awal daripada janji keselamatan. Tetapi bukan sampai disini saja tetapi masih ada yang perlu kita lunasi yakni berbuat baik sebagai tanda-tanda keselamatan yang telah kita peroleh dari Yesus Kristus. Inilah konsekwensi keselamatan yang sudah kita terima dari Yesus Kristus yang menyatakan keselamatan itu dalam hidup sehari hari kepada alam semesta dan seluruh manusia hingga maranatha kedua kali dala kemuliaan. Itulah keselamatan yang kekal yang dijanjiikan oleh Yesus Kristus akan diterima secara sempurna oleh orang percaya melalui mahkota kemuliaan bersama Yesus Kristus (Mat. 25:34; Yoh. 17:24; Rm 8:18).
Atas dasar pemahaman teologis yang demikian kita tegaskan sekarang bahwa baptisan bukan soal bagaimana cara, bentuk, tehnik membaptis, tempat dibaptis, apa dengan air sungai, air kolam, air bersih (aqua); dan lain-lain sebagainya. Tetapi baptisan adalah soal jaminan penerimaan akan anugerah karya keselamatan yang diperbuat oleh Yesus Kristus dan pewarisan hidup yang kekal.
4.3  Baptisan merupakan Tanda , Materai, Cap, Stempel atau Segel Keselamatan.
 Baptisan itu merupakan materai keselamatan dari Allah sekali dan untuk selama-lamanya berdasarkan Roma 6:10. Nats ini memberikan dua makna rohani daripada baptisan.  Pertama kita telah turut mati dalam kematian Kristus; kedua kita turut bangkit (hidup kembali) dalam kebangkitan Kristus.[8]orang yang  dibaptis bukan hanya dibaptis atau diselupkan ke dalam Kristus melainkan juga dibaptis ke dalam Roh Kudus. Baptisan juga disebut baptisan di dalam Roh. Yohanes Pembaptis berkata, bahwa Kristus akan membaptis dengan roh Kudus (Mrk. 1:8). Dari sini jelaslah bahwa ada hubungan antara materai dan Karunia Roh Kudus (Ef. 1:13). Oleh karena itu dalam Ef. 4:30 disebutkan bahwa Roh Kudus telah mematreikan kita menjelang hari penyelamatan. Semua ini menunjukkan dengan jelas bahwa Roh Kudus yang menjadi jaminan bagian kita itu dikaruniakan kepada kita sebagai tanggungan bahwa bagian kita yang akan dikaruniakan pada hari penyelamatan itu pasti akan dikaruniakan.[9]
4.4  Baptisan Adalah Perbuatan Allah
Perbuatan Allah yang dimaksudkan adalah untuk memberikan karunia atau berkat Ilahi berupa jaminan keselamatan bagi manusia yang percaya di dalam Yesus Kristus berdasarkan perintahnya dalam Matius 28:18-20 dan Markus 16:15-18. Perintah itu meliputi pekabaran Injil kepada segala makhluk dan suruhan membaptiskan mereka dalam nama Allah Bapa, Anak_Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus.
4.5  Baptisan Merupakan Perubahan Status
Dalam Matius 28:20 dikatakan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Pekabaran Injil apabila diterima oleh manusia akan mengarahkan kepada “baptislah” itu artinya harus ada perubahan status[10]. Verkuyl mengatakan apabila seseorang budak dengan pembaptisan proselit maka statusnya akan berubah dan ia dari seseorang budak menjadi orang yang bebas. Membaptis dalam nama Allah Bapa dan Roh Kudus berarti suatu pengukuhan peralihan dari perbudakan dosa dan maut dan kuasa-kuasa gelap ke suasana kerajaan Mesianis. Menurut verkuyl pentingnya arti dan makna baptisan bagi orang percaya ialah suatu pembebasan, peningkatan status, dan kelepasan sesorang dari tangan iblis. Kita bukan lagi budak dosa yang harus tunduk dan patuh sepenuhnya kepada iblis. Konsekwensinya orang yang sudah dibaptis harus hidup baru, lepas dari segala kebejatan yang selama ini dikendalikan oleh perbudakan dosa.[11]
4.6  baptisan sebagai sarana Anugerah[12]
menurut Matius 28:19 orang bisa menjadi murid Yesus melalui baptisan, dan dalam  Markus 16:16 tertulis siapa yang percya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukuim. Dengan iman keselamatan diterima, dan dengan ketidakberimanan keselamatan ditolak. Karena itu baptisan pastilah merupakan sarana untuk menawarkan keselamatan kepada manusia. Baptisan juga melahirkan kita kembali dengan menumbuhkan iman yang berpegang pada pengampunan yang telah dijanjikan. Kita dilahirkan kembali dengan air dan Roh. Maka kehidupan rohani yang baru bekerja dalam diri kita, yaitu iman. Dalam baptisan kita dibangkitkan bersama Kristus melalui iamn kepada karya kuasa Allah.
Jadi baptisan bukan hanya menawarkan anugerah, melainkan juga menimbulkan iman, sebagai sarana untuk menerima tawaran anugerah ini. Baptisan mengupayakan pengampunan dosa, melepaskan dari kematian dan iblis, serta memberikan keselamatan kekal kepada semua orang yang mempercayainya, sebagaimana dinyatakan melalui Firman dan janji Allah. Maka dengan itu baptisan itu sangat perlu karena Tuhan yang menetapkan dan memerintahkan agar semau bangsa dibaptis (Mat. 28:19).
V.              Confessi Gereja-Gereja Protestan Tentang Baptisan
penyaji memberikan dua contoh confessi gereja untuk melengkapi pemahaman kita tentang baptisan, yakni gereja Huria Batak Protestan (HKBP) dan gereja Methodist Indonesia (GMI). Mengapa harus kedua gereja ini tidak ikut dengan gereja yang lain, sebab  gereja yang lain memiliki akar dogma yang sama.
4.1 Confessi Gereja HKBP
HKBp memberi penjelasan yang detail dan lengakap. Hal itu kita temukan pada pasal 10 bagian A yang mengatakan  kita harus percaya dan bersaksi: bahwa baptis Kudus itu adalah jalan pemberian anugerah Allah kepada manusia, karena melalui baptisan itulah disampaikan kepada orang yang percaya keampunan dosa, kebaharuan hidup, kelepasan dari maut dan iblis serta damai sejahtera yang kekal.
Selanjutnya konfessi HKBP juga menjelaskan dengan ajaran ini kita bersaksi: anak kecil pun harus dibaptis karena dengan baptisan itu mereka juga masuk ke dalam persekutuan yang menerima anugerah pengorbanan Kristus, berhubungan pula dengan pemberkatan anak-anak oleh Tuhan Yesus (Mrk 10:14; Luk 18:16). Pembaptisan tidak harus selalu dibenamkan ke dalam air. Selanjutnya konfessi HKBP ini dengan tegas mengajarkan beberapa hal penting bagi kita yaitu bahwa baptisan adalah jalan pemberian anugerah.  Yang paling penting bukanlah cara, tehnik, atau tempatnya dilaksanakan tetapi makna dan berkat yang kita dapati dari baptisan itu.       
Gereja HKBP juga mengenal dan melaksanakan baptisan dewasa yakni mereka yang dating dari kekafiran atau agama-agama lain sebagaimana kita temukan di Agenda HKBP nomor V halaman 11.
4.2 Confessi Gereja Methodist Indonesia (GMI)[13]
Gereja GMI merumuskan ajaran atau dogma tentang sakramen pada Diktum No. 16 dengan demikian: sakramen-sakramen yang ditentukan oleh Kristus bukanlah hanya tanda-tanda atau lambing yang menyatakan pengakuan orang-orang Kristen melainkan tanda anugerah dan kemurahan hati Allah kepada kita dengan mana Dia bekerja didalam batin kita, bukan hanya menghidupkan melainkan juga untuk memperkuat dan memperteguh Iman kita akan Dia. Adalah dua sakramen yang ditentukan oleh Kristus di dalam Injil yaitu baptisan Kudus dab Perjamuan Kudus. Sakramen ini bukanlah ditetapkan  Kristus supaya dipertontonkan atau diarak-arak, melainkan supaya kita mempergunakannya dengan sepatutnya. Tetapi barang siapa  yang menerima dengan tidak berlayak mendatangkan hukum atas dirinya seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 11:29.
Selanjutnya menyangkut tentang baptisan, dogma Gereja Methodist Indonesia meneybutkan demikian pada Diktum no 17 mengenai baptisan. Bahwa baptisan hanya satu tanda pengakuan Iman atau suatu tanda  yang membedakan orang-orang Kristen dari orang-orang yang belum dibaptiskan, tetapi  juga adalah suatu tanda kejadian manusia baru atau suatu kelahiran baru. Baptisan anak-anak haruslah tetap dipertahankan(buku 75 Thun Gereja Methodist Indonesia-GMI 1905-1980, Medan 13 Mei 1980, hal 30-31)
Dalam dogma GMI tentang baptisan ditekankan bahwa baptisan merupakan suatu tanda kejadian manusia yang baru atau kelahiran baru. Baptisan itu awal dari pada seluruh proses kerohanian kita. Sejak baptisan terjadi perubahan yang radikal dalam hidup orang percaya yaitu menjadi baru di dalam Kristus. Jadi hari dan tanggal baptisan orang Kristen haruslah diingat, dikenang dan dianggap suatu peristiwa besar sepanjang hidup, sebab itulah hari di mana kita resmi menjadi manusia baru.
4.3 Cara Baptisan
Dalam perkembangan dan prakteknya yang dilakukan oleh gereja-gereja bukan lagi harus dilaksanakan di dalam sungai atau memasukkan seseorang kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus tetapi dengan berbagai cara dan tehnis dalam Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ada dengan cara menyelamkan, memercikkan dan menyiramkan[14]
VI.              Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas penyaji menyimpulkan bahwa hal yang mendasar tentang baptisan ialan: pertama, ada beberapa ragam cara dan tehnik baptisan baik menyelamkan, menyiramkan, dan memercikkan dan campuran. Menurut gereja Protestan soal cara tehnis membaptis bukanlah pertentangan tetapi bagaimana memaknai dan melakukannya dengan benar di gereja masing-masing. Kedua, tempat pemandian suci juga tidak pernah di persoalkan oleh ajaran gereja Protestan karena semua itu sah dan benar. Ketiga, sentral dari pada baptisan ialah makna dan simbol-simbol baptisan. Baptisan itu upacara Kudus mensyahkan bahwa seorang resmi menjadi putra dan putri Allah. Keempat, baptisan merupakan lambang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus hanya boleh berlangsung sekali unntuk selama-lamanya. Kelima, menurut confessi gereja-gereja secara khusus HKBP dan GMI dengan baptisan maka kita akan menerima keampunan dosa, kelahiran kembali, kelepasan dari ikatan iblis, dan keselamatan yang kekal. Maka sudah selayaknya doktrin ini menjadi penolong bagi semua orang Kristen untuk mempercayai baptisan itu berasal dari Allah, dan sebagai penyataan Allah di dalam diri manusia.

VII.          Daftar Pustaka
·            Burtner, Robert W & Chiles, Robert(ed),  John Wesley’s Theology (Nashville: Abingdon Press, 1983)
·            Dieter Becker. Theol, Pedoman Dogmatika (Jakarta: BPK GM, 1991)
·            Edward W. A. Kohler, Nursusilo Rahardjo (ed), Intisari Ajaran Kristen (Pematang Siantar, Kolportase GKPI, 2010)
·            Hadiwijono, Harun, Iman Kristen (Jakarta: BPK GM, 2010)
·            Pasaribu, Rudolf H, Iman Kristen (Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2001)
·            Pasaribu, Rudolf H, Baptisan Ulang Itu Dosa (Medan: IKAPI, 2002)
·            Runyon, Theodore, The New Creation: John Wesley’s Theology Today (Nashville: Abingdon Press, 1981)
·            Xavior Leon, Ensiklopedia Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1990)
·            Verkuyl, J,  Khotbah-Khotbah Masa Kini 1 (Jakarta: BPK GM, 1988)
·            75 TAHUN Gereja Methodist Indonesia-GMI 1905-1980, (Medan 13 Mei
1980)
·            http://richosianipar.blogspot.com/2012/01/cikal-bakal-dan-kontroversi-baptisan.html  


[1]Xavior Leon, Ensiklopedia Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 156
[2] Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka), 93
[3]Burtner, Robert W & Chiles, Robert E (ed), John Wesley’s Theology (Nashville: Abingdon Press, 1983), 266
[4]Runyon, Theodore, The New Creation: John Wesley’s Theology Today (Nashville: Abingdon Press, 1981), 140
[5]Rudolf H. Pasaribu, Baptisan Ulang Itu Dosa Jangan mau tertipu (Jakarta: IKAPI, 2004), 25
[6]http://richosianipar.blogspot.com/2012/01/cikal-bakal-dan-kontroversi-baptisan.html
[7]Edward W A. Kohler,  Intisari Ajaran Kristen, 227
[8]Rudolf H. Pasaribu,,,.54
[9]Harun Hadiwijono, Iman Kristen(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 443
[10]Rudolf H. Pasaribu,,,.66
[11]Dr. J. Verkuyl, Khotbah-Khotbah Masa Kini 1 (Jakarta: BPK GM, 1988), 13
[12]Edward W. A. Kohler, Intisari Ajaran Kristen (Pematang Siantar: Kolportose Pusat GKPI, 2010), 222-223
[13]75 TAHUN Gereja Methodist Indonesia-GMI 1905-1980, medan 13 Mei 1980
[14]Rudolf H. Pasaribu, Iman Kristen(Jakarta: BPK GM, 2009), 21-22

2 komentar:

  1. stiletto titanium hammer - Tantric Art
    Stiletto titanium daith jewelry Stainless titanium wok Steel (12-Year) Material. Stainless Steel (12-Year). Made by Ticot, LLC. No. titanium hair trimmer of stock titanium bars / Reproduction/Modifications. $54.00. Availability. Quantity. Quantity. Add to cart. guy tang titanium toner Quantity. Add to

    BalasHapus
  2. Shalom Gembala Sidang, Pendeta-pendeta dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.

    Tanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada

    Huruf Ibrani, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃ "

    ( " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad " )

    Dilanjutkan dengan mengucap berkat berikut :

    Huruf Ibrani, " בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד "

    ( " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed " )

    ( Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )

    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus